Senin, 23 Desember 2013

Realita dan Mimpi di tangan kecil ini

Beberapa hari ke depan suasana tahun baru akan menghampiri
Kalender 2013 akan segera diganti dengan 2014
Mungkin kota yang ku tinggali saat ini akan ber-pemandangan yang sama, namun tetap saja ada memori tersisa di sana

Hari demi hari kujalani dengan biasa. Seperti ku katakan di posting-an sebelumnya, setelah menginjak umur 20 tahun 'ordinaritas' akan semakin terasa dalam kehidupan ku. Well, ku akui banyak kejadian yang terjadi beberapa waktu terakhir yang mau tidak mau berhasil membuat tawa pecah, haru biru, bahkan rintihan ke-putus-asaan. Hmm, mencoba menjadi orang dewasa itu tidak mudah.

Bila melihat ke diriku yang dulu, setidaknya saat awal mengenal dunia perkuliahan, kedua tangan ini begitu penuh dengan mimpi-mimpi yang ingin ku raih. Mimpi-mimpi itu juga memenuhi hati ini hingga terkadang aku mengalami sesak napas ketika memikirkannya. Agak berlebihan mungkin, tapi itu yang namanya semangat masa muda. Diriku yang masih remaja, terus berlari ke segala arah mencoba setiap kesempatan yang mungkin saja dapat mengantarku pada tujuan. Saat itu, tak sedikit jalan buntu yang ku temui, namun banyak pula keberhasilan kecil yang meningkatkan derajat motivasiku untuk semakin lebih baik.

Wah indahnya bermimpi itu, selalu ada alasan untuk bersemangat di pagi hari dan menggunakan tiap detik dengan maksimal. Sekarang aku jadi heran, masihkah mimpi itu ku genggam?

Telapak tangan ini masih sama bila kuperhatikan, mungkin setidaknya ada pertumbuhan sebesar 0,0000...- mm pada ketebalan kulitnya. Namun yang kugenggam dulu perlahan telah menghilang sepertinya. Aku sudah lama melupakannya.

Anak kecil berbeda dari segi fisik dan psikis dengan orang dewasa. Mungkin secara fisik orang dewasa bisa berbangga karena mereka terlihat lebih besar dan bisa berkuasa, namun secara psikis aku tidak yakin kami menang. Ada kurang ada lebihnya memang. "Jadi orang dewasa gak enak..." begitu kira-kira dialog beberapa anak kecil dalam sebuah iklan kartu seluler. Yah, karena aku baru beberapa minggu memiliki umur yang dikatakan menginjak kedewasaan, aku masih belum tau.

Jarum panjang di jam tangan yang ku cepatkan setengah jam lebih ini terus berjalan. Sembari melihat ke langit biru, aku bertanya-tanya berapa lama waktu yang Ia jatahkan untukku? Sebuah misteri yang membuat bulu kudukku berdiri memikirkannya.


"Bekerjalah seakan kau akan hidup seribu tahun lamanya, dan beribadahlah seakan engkau mati esok"

Oke, nasihat yang diungkapkan oleh Ibnu Umar RA itu sebenarnya sudah sangat cukup untuk memotivasiku yang langkah kakinya begitu lamban ini. Untuk saat ini bermimpi terlalu sering juga bisa menghambat.

Orang dewasa harus bisa realistis. Hmm, kalau menurutku sih cita-cita tidak boleh pernah lepas meskipun kau bertambah tua. Tapi menurut pendapat beberapa orang dewasa yang umurnya jauh di atas ku, setelah lamanya kau merasakan asam-manis kehidupan, tanpa kau sadari hatimu sudah pasrah sepenuhnya pada kenyataan dan lupa untuk bermimpi. Baiklah kalau memang begitu masa depanku nantinya, maka aku harus buru-buru meraih mimpi itu sebelum idealistis musnah dari cara pikir ku.

Gotta go, jika aku hanya duduk dan memikirkan kata-kata apa yang harus kusiapkan untuk memulai perjuangan ke sekian kali ini, aku akan gagal seperti sebelum-sebelumnya. Pahit, perih, dan sakit itu akan kujadikan pelajaran bukan hukuman yang akan datang kembali.

Insyaa Allah, dengan meluruskan niat, aku mulai dengan Basmalah..

(Beating) Negative Thoughts

Ku kira, telah berhasil ku lewati fase yang paling sulit dari pengobatan penyakitku, yakni operasi. Ku kira, setelah ini aku sudah mulai bis...