Senin lalu tepatnya tanggal 3
Februari 2020, telah dilaksanakan proses lepas sambut Dokter internsip angkatan
I untuk daerah Provinsi DKI Jakarta di Hotel Grand Mercure Harmoni. Untuk
gelombang 1 ini ada sekitar … wahana RS yang dibuka dengan dokter internsip
yang dipulangkan berjumlah sekitar 168 orang. Berita tentang acara pemulangan
ini sudah dibagikan sejak pertengahan Januari 2020, aku yang saat itu tengah
menjalani dinas di puskesmas kecamatan Pesanggrahan udah merasa ga sabra menunggu
hari H tiba. Setahun proses internsip dengan segala drama akhirnya terlewati.
Dari si bayi Cuma bisa merem
melek sampe bisa jalan ke sana kemari dan tertawa. Bukan Cuma da yang bertumbuh
kembang, bapak mamaknya juga makin subur dalam setahun ini heheh. Buanyak
banget ilmu yang didapat terutama tentang cara menghadapi pasien dan rekan
kerja dengan segala kepribadiannya. Belum lagi saat dinas di IGD kita dilatih
untuk selalu bisa bertindak cepat dan efisien meskipun tidur kurang dan perut
lapar. Bila dulu aku mengeluh karna harus melewati proses iship agar bisa
mendapat STR definitive, sekarang aku begitu bersyukur pernah berkesempatan
mengeyam pendidikan tambahan diluar kuliah ini.
Tak henti-hentinya ucapan
syukur kubatinkan karena atas kebaikan-Nya aku bisa menjalankan proses ini di
wahana yang dari segi lokasi maupun beban kerja itu bisa dikatakan enak
bangeet. Dan 1 lagi hal yang paling aku syukuri adalah mendapat teman
sekelompok yang baik, asik, kooperatif, lucuk, pinter, dan kompaak.
Oh ya, aku pengen cerita
tentang drama sebelum hari H pemulangan ini. Jadi, setiap pembekalan dan
pemulangan setiap internsip akan dipasangkan dengan 1 orang iship lain untuk
emnginap dalam 1 kamar. Nah, berhubung iship cewek di wahana kami jumlahnya
ganjil alhasil aku sempat kalang kabut mencari orang yang bisa kuajak sekamar.
Semalam sebelumnya aku sempat wara-wiri menjapri iship2 lain untuk mencari info
apakah mereka masih ‘available’ tapi berhubung udah H-1 tentunya mereka sudah
pairing semuaa. Sedih, kesel, kecewa, semua aku rasain malam itu. Rasanya
seakan tertolak banget, seakan gapunya kawan. Padahal aku udah mempersiapkan
momen ini dengan penuh sukacita, aku berniat membawa Zaysha untuk ikut
menginap, merasakan sarapan dan berenang di hotel bintang 4 yang jarang-jarang
bisa kami dapatkan secara gratis. Aku bahkan telah membeli pakaian renang
untuknya dan untuk ku pakai ketika di sana, tapi euphoria itu seketika menguap
ketika aku dihadapkan kenyataan bahwa aku belum tau siapa teman sekamarku
nanti. Bisa jadi dia adalah a totally stranger yang gak akan kasih ijin zaysha
untuk menginap bareng kami. Tapi kemudian aku melihat beberapa postingan motivasi
yang membuatku akhirnya ikhlas berserah kepada Allah.
Kalo emang rejekinya kami
sekeluarga bisa nyambi staycation di sana maka pasti akan terjadi. Yang
malamnya aku masih sungut2 keesokan paginya udah ketawa ketiwi pasrah ama
nasib. Dan, tidak disangka2, ada salah satu dari iship kami yang Qadarullah
berhalangan hadir karena sedang sakit sehingga aku bisa mengisi kamar yang
seharusnya ia isi dengan partnernya. Alhamdulillah, walaupun bukan temen
sekelompok tapi aku udah seneng minimal pas nyampe hotel ga terplongo karna gatau
mau check in bareng siapa. Ternyata temen separtnerku ini juga sedang bapil
sehingga ia ga menyarankan aku untuk bawa anak, walaupun ada tawaran dari temen
yang lain untuk bertukar kamar tapi aku tetep masih bingung karena aku segan
untuk menukar pairing yang udah mereka buat sebelumnya. Takut ganggu juga kalo
bobo sama bayi nanti malamnya ikut terbangun juga. Aku dan suamiku sudah
ancang-ancang untuk memesan hotel di sekitar lokasi acaa yang rate kamarnya lebih
terjangkau, sudah ada beberapa hotel yang ku survey dan pada sore harinya aku
sudah meminta suami untuk booking kamar di sana. Posisi suamiku saat itu baru
pulang kerja dan masih di rumah bersama si bayi. Tapi Maasya Allah
tabarakallah, sore itu teman sekelompok ku Fitrah meng-iyakan untuk suami bisa
numpang tidur di kamarnya yang seharusnya diisi sama Coco (ia berencana pulang
pas malamnya). Buru-buru aku menelepon suami supaya ga perlu pesen hotel lagi
dan alhamdulillah memang belum dibook. Okeh, suami udah ada kamar, tinggal
bingung Zaysha mau dibawa bobo di mana.
Malamnya, ketika kami asik
berkumpul di kamar Risa dan Lusi, bermain kartu dan nyanyi2 sebagai perpisahan
tidak resmi kelompok kami, tiba-tiba fitrah kembali menawarkan untuk memakai
kamar mereka karena ia juga berencana pulang sehingga kamar itu akan kosong! Maasya
Allah, rejeki yang ga disangka-sangka. Yang awalnya pasrah gadapet temen
sekamar akhirnya malah dapet sekamar kosong yang bisa kami tempati sekeluarga,
ibaratnya menang voucher liburan gratis!! Kembali lagi Allah ingatkan aku untuk
tidak terlalu bersedih akan suatu masalah dan menyerahkan segala urusan kita pada-Nya.
Kun fayakun, yang maka terjadilah. Ga perlu khawatir karna rejeki tiap orang
sudah ada porsinya. Moon map kalo ceritaku agak lebay, Cuma perkara nginep di
hotel aja sampe bikin galau. But, I’m telling you, aku adalah tipe orang yang
gampang frustasi when thing does not go as planned. Apalagi aku juga orang yang
hobi banget staycation di hotel, walaupun ga sering karena terkendala budget,
wkwkk. Alhamdulillah sekali lagi : ) )
Malam itu kami lalui dengan
tidur lelap dan terbangun esok harinya diiringi irama gerimis yang membuat
badan terasa semakin lekat dengan Kasur. Walaupun kamar tipe deluxe itu terasa
begitu nyaman kami tetap stick to the plan untuk mengajak Zaysha berenang di
pool yang terletak di lantai 5 hotel. Untungnya pagi itu kolam renang sama
sekali kosong, kami benar-benar puas menikmati kolam renang sambal mengabadikan
momen dalam bentuk foto dan video. Zaysha juga tampak menikmati momen ini
meskipun ia terlihat kedinginan ketika nyelup kedalam air. Ini bisa jadi
stimulasi motoric dan sensorik baginya yang sehari-hari banyak di rumah. Seusai
berenang kami lanjut menyantap berbagai menu di restoran hotel dengan konsep
All you can eat itu. Jangan tanya seberapa banyak makanan yang ku raup yah,
kalap mak hahaha
Yahbegitulah curhatan mak-emak
baperan kali ini. Dibalik momen kesenangan menginap di hotelnya ada haru yang
mendalam karena harus berpisah dengan sejawat yang sudah seperti keluarga
sendiri. Ini memang akhir perjalanan kami bersama tapi ini juga merupakan start
point bagi kami yang akhirnya berkarir sebagai dokter sungguhan, bukan dokter
muda bukan pula dokter internship. Balik jadi pengangguran lagi, menikmati
waktu luang yang bisa jadi boomerang yang bila tidak dimanfaatkan untuk tetap
mengasah ilmu dan skill. Semoga sejawatku sukses di jalannya masing-masing. See
you at the top!









Tidak ada komentar:
Posting Komentar