Sore itu skala aktivitas ku padat sekali dengan berbagai
agenda yang kupaksakan untuk segera selesai setelah memesan tiket pulang ke
Medan malam itu bersama teman-teman. Malam kepulangan itu begitu ku
tunggu-tunggu hingga aku tak ingin menundanya sehari lagi, memang agak sedikit
memaksa karna masih banyak urusan yang seharusnya diselesaikan dengan baik.
Alhamdulillah dosen PA membolehkanku untuk menitipkan pengurusan KRS kepada
teman sehingga alasan saya untuk menetap lebih lama di Lhokseumawe habis sudah.
Adik laki-laki ku yang belakangan ini sangat sering menanyakan kapan
kedatanganku kini aku bisa segera menemuinya, begitu pikirku.
Setelah menyempurnakan proposal dana yang akan aku dan
teman2 ajukan, ku print satu-persatu lengkap dengan surat pernyataan. Entah
kenapa aku begitu bersemangat mengurusi proposal ini ketimbang proposal
skripsi, hehe ^^. Setelah kelar, aku segera bersiap-siap dan melesat menuju ayam
penyet pak Ulis berbuka puasa bersama teman-teman letting 2010, setelah itu
menuju NR untuk berpamitan dengan para sahabat. Ada satu sahabat yang sedang
sakit malam itu dan aku merasa berat berpamitan dengannya, tapi aku hanya bisa
memeluknya dan mengecup keningnya berharap bisa jadi obat mujarab. Selain itu
aku sempat merasa sedih karena pada saat sampai kosan aku tidak bisa menemui
dua orang sahabat lagi yang sedang pergi keluar, tapi Subhanallah pas sekali
saat aku mengeluarkan motor untuk beranjak pergi dari kosan saat itulah dua
orang itu pulang. Lengkap sudah acara berpamitan dengan sahabat terdekat karena
aku berniat tidak akan kembali ke Lhokseumawe bila tidak ada urusan yang sangat
mendadak. Eitss, ternyata masih ada satu orang lagi yang sangat ingin kutemui..
Saat itu waktu menunjukkan masuk Isya, aku sudah menduga
bahwa akhwat ini akan pergi shalat taraweh di meunasah/mesjid tapi aku tetap
berusaha mengunjungi kosannya walaupun ternyata tak ada respon terhadap
panggilanku. Aku menuju meunasah yang sudah dipenuhi oleh orang-orang yang akan
mulai sholat berjamaah. Aku merasa sangat malu karena aku sedang ‘mamnuk’ saat
itu, tapi aku tetap dengan tekadku mencari akhwat ini diantara puluhan jamaah
perempuan dengan cara memperhatikan satupersatu shaf dari ujung ke ujung. Aku
juga sempat menelepon teman si akhwat yang kukira sedang shalat berjamaah
bersamanya tapi ternyata tidak.
Dari rakaat pertama hingga akhir aku tak kunjung menemukan
sosoknya hingga akhirnya ada seorang ibu-ibu
yang heran melihatku yang tidak sholat dan malah sibuk kecarian orang.
Ia menyarankan ku untuk mengunjungi kosan si akhwat sekali lagi mana tau ia sedang
sholat di rumah. Aku turuti sarannya dan menuju parkiran untuk memindahkan
motorku yang dikelilingi sekumpulan anak laki-laki yang duduk di luar meunasah
saat ceramah. Seperti yang ku duga mereka mencoba menggoda tapi ku acuhkan saja
dan langsung melesat ke kosan si akhwat. Setelah memastikan bahwa di kosan
tidak ada pertanda kehidupan alias tidak ada orang, dengan rasa sedikit kecewa
aku memutuskan untuk menyerah mencarinya dan menitipkan saja barang yang ingin
kuantar pada temannya yang sedang berada di kosan satu lagi. Saat aku melintasi
jalanan keluar kos, aku melihat sekumpulan anak-anak muda lagi dan langsung ku
matikan lampu sorot motorku agar tidak terlihat bahwa aku seorang perempuan yang
tidak ikut sholat berjamaah. Tapi yang terjadi malah aku tidak melihat lubang
galian besar yang berada tepat di depan ku.
Alhasil… Gedebak Gedebuk Gumpryaaaang
DUARRR!!
Ya, dengan sepenuh hati aku terlempar dari motor yang masuk
ke dalam lubang dan menabrak bebatuan di depannya. Bila beberapa minggu yang
lalu aku terjatuh dari motor ke arah kiri, kini ke kanan badanku mengarah,
seimbang sudah. Karena keributan yang dihasilkan kejadian ini segera para anak
laki-laki yang berada di dekat situ berlari menuju ku dan membantu mendirikan
kembali motorku. Saat itu aku hanya terdiam sambil terduduk hingga salah satu
dari mereka menanyakan keadaan ku dan aku berusaha untuk bangun kembali. Setelah
mereka memastikan motorku baik-baik saja, aku mengucapkan terimakasih berulang
kali dan pelan-pelan meninggalkan lokasi kejadian menuju kosan teman si akhwat.
Batin ku berbisik “Ya Allah… Inikah yang namanya ujian
cinta??” ;___;
Sesampainya di kosan teman si akhwat aku baru menyadari
bahwa kulit ibu jari tangan kananku mengalami robek sehingga mengeluarkan
banyak darah dan disanalah aku membersihkan lukaku. Jaringan lunak di sekitar
tulang tibia ku juga langsung membiru dan bengkak karena mengalami trauma di
dalam. Kalau dipikir-pikir lucu sekali apa yang terjadi padaku malam itu hingga
teman-teman si akhwat ikut tertawa saat aku menceritakannya. Setelah menitipkan
barang, aku bersegera pulang karena ku masih harus menyelesaikan rencana ku
untuk membereskan kamar sebelum berangkat ke terminal pada jam 11 malam. Dalam
perjalanan saat melewati masjid cunda, sempat tebersit niatan untuk menge-cek
mana tau aku bisa bertemu dengan si akhwat di sana. Tapi karena sholat tarawih
telah dimulai aku tak berani datang dan mengganggu sehingga aku tetap melaju
menuju rumah.
Ternyata cerita malam itu tak hanya sampai situ saja,
sesampainya di rumah aku baru teringat bahwa seluruh keluarga saudaraku pergi
sholat berjamaah di masjid baiturrahman dan itu berarti aku terkunci di luar.
Jam menunjukkan 9 lewat sedangkan masih banyak hal yang harus ku beresi sebelum
pulang. Kalau bisa dibilang saat itu ekspresi ku persis POKER FACE .____.
Mau
ngeluh tapi pengen ketawa, mau ketawa juga miris banget dah perasaan. Jadilah
sambil menunggu aku berusaha menghubungi si akhwat melalui sms. Setelah si
akhwat tahu bahwa aku akan pulang malam ini responnya tampak ia begitu kecewa
karena aku tak berpamitan dulu dengannya. Well, kalau dia tahu apa yang baru
saja terjadi padaku mungkin tidak akan seperti itu responnya. Tapi aku
memutuskan untuk tidak memberitahunya dan meminta maaf padanya. Aku tahu dia yang
paling merasa kesepian bila satu persatu saudarinya pulang kampung sedangkan ia
masih harus menetap di Lhokseumawe. Karena itulah aku begitu berniat menemuinya,
setidaknya untuk meyakinkannya bahwa walaupun di Lhokseumawe sudah sepi pasti
ada hikmah dan kenikmatan yang bisa dirasakan ber-Ramadhan di sana. Hanya saja
mungkin bukan rezeki kami berdua malam itu, dan kami merencanakan untuk bertemu
suatu saat si akhwat mengunjungi Medan.
Hingga malam aku menulis posting ini, bukti-bukti kecelakaan malam itu masih
menyisa dan memberikan rasa tersendiri alias nyeri bila disentuh. Nyeri yang
kurasa ini bisa dibilang selalu mengingatkan akan ujian cinta dalam ukhuwah
yang kami miliki. Sakit lho tapi nikmat. Semoga ini bisa menjadi kisah yang
menarik untuk dikenang ke depannya. Dan di bulan Ramadhan yang mulia ini, aku
berharap walaupun aku dan para sahabat yang sudah seperti saudaraku itu
terpisah jauh, kami tetap bisa melaksanakan banyak ibadah dan mendapatkan
berkah sebanyaknya. Aamiin Ya Allah
Yah, sekian dulu curhatan ane, kebetulan lagi gak ada ide untuk ending yang bagus apa. Tapi mungkin lebih baik bila kita menyimak hadis berikut. Semoga bermanfaat :)
Dari Abu Hamzah, Anas bin Mâlik Radhiyallahu 'anhu, dari Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam, beliau bersabda: “Tidak sempurna iman seseorang di antara kalian hingga ia mencintai untuk saudaranya segala apa yang ia cintai untuk dirinya sendiri berupa kebaikan”. [HR al-Bukhâri dan Muslim].
ya Rabb diz,, sekarang gimana ? uda baikan memarnya kan :O
BalasHapusyg di tibia itu kmrn udah hampir ilang, tapi krn iseng ane pencet lg, aneh soalnya ada yg bengkak tp bukan di bagian hematomnya, eeh ga berapa lama kemudian birunya jd seger lg kayak pertama. Kyknya trauma di dalamnya belum ketutup ._.
BalasHapus