Berhubung sekarang masih dalam mode #dirumahaja, masak udah beberes rumah udah bayi udh bobo, saatnya untuk ngeblog! Nyesel banget karna sampe sekarang belum sempet sharing tentang pengalaman lahiran anak pertama walaupun intronya udah pernah ditulis 1 paragraf tapi akhirnya cuma jadi berkas berdebu di folder laptop huhuhu. Kali ini insya Allah bisa beneran dipost, dibagi jadi 2 part karna mau ceritain dulu story sebelum lahiran yang penuh dengan drama menguras keringat dan air mata muehehehe. Bismillah, jadiiii gini ceritanyaa~

Gelombang cinta, mengapa kau tak kunjung datang?
Begitulah kira-kira tema tulisan kali ini, bagi buibu yang usi kehamilannya sudah masuk 36 minggu ke atas, munculnya kontraksi rahim atau yang sering kusebut 'gelombang cinta' adalah hal yang teramat diidamkan. Dengan kondisi kehamilan noral dan ga ada kontraindikasi untuk sesar, pasti kita udah diwanti-wanti sama dokter/bidan untuk bisa memicu kontraksi supaya bisa lahiran spontan.
" Udah bisa dimulai ya bu, supaya bisa induksi kontraksi secara alami dengan rajin senam pake gymball, stimulasi puting, dan hubungan suami istri", begitu kata dokter obgyn ku di usia kehamilan 36 minggu. Saat itu aku sudah mulai sering merasakan kontraksi palsu disertai rasa mual-mual, rasanya badan gaenak ngapa-ngapain. Di saat itu aku mulai kepedean si bayi bakalan lahir dalam waktu seminggu-2minggu lagi, ditambah lagi pengalaman lahiran anak pertama ku berlangsung pas UG 37 minggu. Jadilah kami memesankan tiket pesawat untuk mertua datang ke Jakarta, karna mereka ingin sudah berada di sini pada saat aku lahiran.
Namun ternyata rasa kepedean ku perlahan menghiilang dikarenakan gelombang cinta yang asli tak kunjung muncul. Aku dan suami mulai khawatir kami terlalu cepat memesankan tiket untuk mertua kami, ayah dan ibu suamiku sama-sama memiliki urusan yang mereka tinggalkan demi ke sini, jadi ga enak hati bila mereka membuang waktu terlalu lama di sini sedangkan aku gak kunjung lahiran. Dengan segenap jiwa aku menjadi begitu bersemangat supaya bayinya bisa lahir sebelum HPL. Tiket yang kami pesan bertanggalkan 10 maret, sedangkan HPL ku tanggal 21 maret. Kata ibu mertua ia memang sedang ada urusan juga di Jakarta, jadi tidak apa juga kalau datang lebih cepat. Tapi ternyata belakangan HPL ku mundur seminggu!! Kenapa bisa?