Rabu, 17 September 2014

Sane

"Putih, bersih, hal itu tidak akan terjadi pada selembar kanvas seorang pelukis sejati.

Warna tinta yang ia tumpahkan di palet nya begitu beragam sebanyak ide yang ada di otaknya

Kini kanvas itu telah tertimpa oleh banyak rahasia, kenangan, dan dosa

Hasil tarian jari jemari seorang jenius dengan tongkat ajaibnya yang ia torehkan setiap hari

Karya yang menakjubkan dan tak ada yang tahu bagaimana sebenarnya pilinan kisah dibaliknya

Kini kenyataan mengharuskan sang pelukis untuk membuatnya terlihat polos kembali, putih seperti sedia kala

Indah, bersih, cerdas... imej itu yang diinginkan oleh mereka

Nafsu, bohong, dan janji yang terlewati... itu yang rupanya terlanjur melekat dalam paduan warna

Sejarah akan dipaksa untuk berganti

Masa depan akan disusun bagai potongan puzzle yang tak sesuai

Sang pelukis terdiam, pemandangan dunia yang sejak dulu berputar dalam bola matanya kini terhenti memilu

Ia butuh seseorang untuk mengatakan padanya bahwa ia masih wara

Seseorang yang menyadarkannya bahwa jarum pendek di jamnya masih berjalan mengiringi waktu

Seseorang yang meyakinkannya bahwa ia masih berada pada dimensi yang sama walau masanya berbeda dengan saat kanvas itu masih putih

 Lalu ternyata sang pelukislah yang paling mengerti, bahwa dunianya kini telah teraduk oleh mesin waktu"

Membacanya aku teringat, momen seperti ini telah beberapa kali terjadi

Meski mungkin rasanya tak sama seperti saat menulisnya, menyedihkan.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

(Beating) Negative Thoughts

Ku kira, telah berhasil ku lewati fase yang paling sulit dari pengobatan penyakitku, yakni operasi. Ku kira, setelah ini aku sudah mulai bis...