"Jangan katakan seberapa berpendidikan engkau, tapi katakan sudah seberapa sering kau berkelana..."
Ganteng ye quote nya. Segala teori yang tertulis di lembaran kertas tak sebanding dengan pengalaman langsung yang kita temui di dunia nyata. Mengunjungi banyak tempat, bertemu dengan orang yang tak kau kenal dan belajar hal baru, yeeeaah gaya bicaraku sudah seperti seorang traveler yang sudah penuh have-been-there-list nya. Padahal cuma baru berhasil menghampiri tiap desa yang termasuk dalam kecamatan Muara Satu, Lhokseumawe, bangganya udah selangit XD
Walaupun cuma satu kecamatan, waktu yang terlalui selama seminggu ini bagiku berharga.
Berawal dari keinginan membantu saudari menyelesaikan penelitiannya, perjalanan ini malah menjadi pengalaman yang seru. Tak terlupakan tiap momen dimana jidatku menempel di layar speedometer pada stang motor di siang hari karna kantuk menyerang, dari pagi hari menjadi supir pribadi sampai angin bersemayam di tubuh yang jarang dibawa aktivitas berat ini. Setiap hari begitu, meskipun masih sanggup menebar senyum pada tiap penduduk yang rumahnya kami datangi, aku belajar, keramahan itu terkadang melelahkan.
Melelahkan, tapi sudah lama aku tidak merasa senyuman ini bermanfaat bagi orang lain.
Sudah hampir 5 tahun aku menetap di kota ini, tapi baru kali ini aku benar-benar sampai menginjakkan kaki di daerah pedalaman. Di tempat yang bahkan kau merasa khawatir tak bisa pulang dan akan diasingkan oleh penduduk sekitar karna perihal bahasa, ya awalnya begitu hingga akhirnya terucap kata "lah, kok udah nyampe aja...?"
Dari timur hingga barat, bukit berbaris mengelilingi persawahan, sudah seperti lukisan pemandangan yang ku buat saat kecil dulu. Pohon-pohon lebat berdiri sepanjang perjalanan, seakan menyoraki kami yang tengah dalam perjuangan mencapai tujuan penelitian. Anehnya suhu udara tetap tinggi, pengaruh angin laut masih terasa bahkan sampai ke pedesaan. Pengingat kalau saat itu kami masih di Aceh walaupun posisi sudah naik berpuluh kilometer. Gak kebayang gimana rasanya jadi dua saudara lain yang kala itu tengah menjalani puasa ayyamul bidh sambil terus meneliti. Kalau aku mungkin udah 'tumbang di tanah orang'.
"Bukan penelitian namanya kalau gak capek..." kata salah satu teman yang ikut, dari seorang dosen pembimbingnya yang rupanya pengujiku dulu.
Betul juga, biar kita lebih menghargai gelar yang dimiliki seseorang, entah bagaimana cara ia mendapatkannya. Namun yang kami lakukan berharga lebih dari sekedar itu.
Dokter adalah profesi yang memberikan jasa pada masyarakat. Penelitian, khususnya yang melibatkan masyarakat, memberikan ilmu yang sangat bermanfaat sebagai persiapan kami bekerja nanti. Selain itu, berhadapan langsung dengan kenyataan pahit bahwa ekonomi dan kesehatan masih menjadi masalah berat bagi sebagian kalangan membuat hati ini terenyuh. Sedikit banyaknya, aku kembali ber-azzam akan masa depanku.
Anak-anak itu seharusnya punya masa depan yang lebih baik, tidak seharunya pengetahuan mengenai kesehatan menjadi begitu tersier bagi tiap orangtua. Aku cuma bisa meneliti, belum bisa mengubah.
Berkelana, membuat detakan jarum panjang jamku terdengar lebih keras dari sebelumnya. I'm alive with the all the purposes i have...
Lucky to be me, thanks to her for letting me join this wonderful trip!
P.S.: Kucing desa cantik-cantik, bulunya bersih dan ramah sama orang yang baru dikenal. Salah satunya yang ku temui di Masjid As Sa'addah, Desa Meunasah Dayah. Kemanapun kami pergi ia ikuti, saat kami shalat berjamaah ia duduk di pinggiran shaf, bahkan ia masih berdiri di samping motor ketika kami hendak pergi. Diberi makan tidak mau, sepertinya dia hanya ingin berteman. Dasar kucing aneh :p





Tidak ada komentar:
Posting Komentar