TAFSIR SURAT AN-NAAS
Dalam surat ini
Allah memerintahkan manusia untuk memohon perlindungan kepada-Nya sang
pemelihara segala sesuatu sekaligus sebagai raja dan Ilah manusia.
Adapun mengenai
firman Allah Ta’ala yang berarti “Syaithan yang biasa bersembunyi.”
Sa’id bin Jubair mengatakan dari Ibnu ‘Abbas: “yaitu syaitan yang selalu
bercokol di dalam hati manusia, di mana jika manusia lengah dan lalai maka dia
akan memberi bisika, dan jika manusia berdzikir maka syaitan itu akan
bersembunyi.”
Firman Allah
Ta’ala yang berarti “Yang membisikkan (kejahatan) ke dalam dada manusia.”
Terdapat dua pendapat yang menyatakan an-naas hanya mencakup manusia saja dan
Ibnu Jarir mengatakan bahwa jin-jin juga adakalanya disebut an-naas.
Firman Allah
Ta’ala yang berarti “Dari jin dan
manusia” sebagai tafsiran bagi pihak yang selalu memberi bisikan ke dalam
dada manusia yang terdiri dari syaitan, manusia, dan jin.
Dari berbagai
kandungan dari firman Allah Ta’ala dalam surat ini dapat dintisarikan bahwa
jika hati ini berdzikir kepada Allah, niscaya syaithan akan merasa bertambah
kecil dan kalah. Dan bila hati tidak berdzikir kepada Allah, niscaya syaitan
akan bertambah besar dan menang.
TAFSIR SURAT AL-FALAAQ
Al-Falaaq
berarti subuh, di mana surat ini memiliki kandungan yang menyeru manusia untuk
memohn perlindungan Allah Ta’ala dari kekuatan sihir yang datang pada waktu
malam hari.
Adapun mengenai
firman Allah Ta’ala yang berarti “Dari kejahatan makhluk-Nya.” Yakni
dari kejahatan semua makhluk, kemudian firman “Dan dari kejahatan malam
apabila telah gelap gulita,” yaitu kejahatan saat matahari telah terbenam atau ketika
munculnya bulan di langit.
Firman Allah
Ta’ala yang berarti “Dan dari kejahatan-kejahatan wanita tukang sihir yang
menghembus pada buhul-buhul.” Yaitu ketika wanita-wanita itu membaaca
mantra dan menghembus pada buhul.”
Rasulullah SAW
pernah beberapa kali terkena sihir oleh orang yang dengki dan hasad padanya
salah satunya oleh seorang munafik dari kalangan Yahudi namun kemudian
Rasul mengeluarkan sihir darinya atas
petunjuk dari Allah.
TAFSIR SURAT AL-IKHLAS
Dalam kitab Tafsir Ibnu Katsir, melalui riwayat
Imam Ahmad, disebutkan bahwa kaum musyrikin datang kepada Rasulullah Saw dan
bertanya kepada Beliau, “ Terangkan kepada kami bagaimana wujud Tuhanmu.” Lalu
turunlah Surat Al-Ikhlas di Makkah untuk menjawab pertanyaan
mereka. Kata ikhlas sendiri berasal dari akar kata khalasho dalam bahasa Arab, yang berarti murni,
atau pemurnian.
Firman Allah
Ta’ala yang berarti “Katakanlah: ‘Dia-lah Allah, yang Mahaesa.’” Yakni
Dia yang tunggal dan satusatunya, yang tiada tandingnya, tanpa pembantu, juga
tanpa sekutu, serta tidak ada yang menyerupai dan menandinginya.
Firman Allah
Ta’ala yang berarti “Allah adalah Ilah yang bergantung kepada-Nya segala
urusan.” Yakni Rabb yang bergantung kepada-Nya semua makhluk dalam memnuhi
segala kebutuhan dan permintaan mereka.
Berbagai
pendapat mengenai makna ‘Ash-shomad’ yakni tentang sifat dari Allah Ta’ala yang
kuat dan kokoh, tidak makan dan minum lalu ditambahkan dengan firman Allah
Ta’ala yang berarti “Dia tidak beranak dan tidak pula diperanakkan” yang
bermakna Ia tidak memiliki pendamping dan keturunan.
Surat ini
diturunkan dengan tujuan untuk memberitahu pada manusia untuk mengesakan Allah
Ta’ala sebagai zat yang hanya satu (ahad), yang bergantung segala urusan
pada-Nya, dan tidak ada yang menyetarai-Nya, sehingga tidak sepatutnya manusia
mencari sembahan lain atau menganggap bahwa Allah memiliki keturunan seperti
kaum Yahudi yang mengatakan bahwa Uzair adalah putera Allah dan kaum Nasrani
yang mengatakan Isa Al-masih adalah anak dari Allah.
Semoga bermanfaat bagi ikhwafillah sekalian~!
Sumber: Tafsir Ibnu Katsir Juz 23-30
Tidak ada komentar:
Posting Komentar