Kamis, 09 Januari 2020

Update on Zaysha Sleep Training Part 1

First of all, let me say Hamdalah before starting write down this post, Alhamdulillah.
Diawali dengan rasa syukur, karna beneran ga nyangka bisa nyampe di fase ini dalam jangka waktu yang seacepat ini. Last time, I wrote an Instagram post about me trying to do a sleep training to my beloved Zaysha, tepatnya di tanggal 26 Desember 2019, sekitar seminggu yang lalu. Sebenernya aku juga nulis postingan medium ttg topik ini secara mendetail, tapi karna kelamaan mendekam di draft jadi baru kepost recently, hehe dasar akuh :p
Sekitar seminggu lalu itu aku menulis postingan ig setelah beberapa hari sebelumnya membeli perlengkapan tempur berupa botol susu, dot, dan nipple shield (pengen nge-review tapi belom sempet huhu). Dengan niatan supaya si kecil bisa terbiasa minum susu dari botol instead of nyusui langsung biar ngantuk. Yah, sehari dua hari dicoba dikit-dikit maul ah dia balik lagi ke dot setelah hampir 8 bulan lepas total dan minum hanya dari gelas atau dengan sedotan. Awal-awalnya itu cuma pengen memaparkan aja ke dot sambal masih dikasih nyusu langsung kalo dia nolak dot.
Mengapa aku kenalin dengan dot? Karna dari salah satu sumber yang ku baca, kita sebaiknya mengganti menyusu langsung dengan cara lain untuk dapat membuat anak tertidur, Yah memang bagusnya sih ga pakai dot, karna banyak mudharat dari dot itu sendiri ke depannya, tapi untuk sementara aku memlih tetap menggunakan dot karna lebih gampang untuk si kecil meminumnya sambal tetap rebahan kalo terbangun di malam hari.
Awalnya aku sudah mengingatkan diriku untuk tidak berkekspektasi terlalu tinggi, karna mengubah kebiasaan si kecil yang terbiasa tidur sambal menyusu langsung itu pasti tidak mudah. Tapi karna hamba ini hanya manusia biasa, ketika beberapa hari Zaysha menunjukkan kemajuan dan sudah mau dot aku mendadak sombhongg, mengira ku telah berhasil mengubah kebiasaannya. Nah rasa puas yang terlalu cepat inilah yang akhirnya menghancurkan hariku. Tepat tanggal 30 Desember, sekitar beberapa jam setelah aku mengunggah postingan ig tersebut, Zaysha terbangun sambal menangis. Di saat itu aku yang masih mengantuk karna baru sebentar terlelap, awalnya mencoba memberikannya dot seperti biasa. Namun ternyata setelah beberapa kali di coba Zaysha terus mengelak dengan melaingkan muka sambil mendorong botol itu menjauh darinya. Dikarenakan tangisannya yang semakin kencang mau tidak mau aku pun menyusui nya, namun aku kembali beberapa kali mencoba memberinya dot kembali dan ia terus menolaknya. Ini berlangsung sampai 30 menit lebih hingga aku merasa PD ku sudah terasa sangat nyeri dan ia tak kunjung terlelap.
Perasaanku campur aduk, antara kesakitan, mengantuk, bingung, kecewa karena beberapa hari yang lalu dia selalu mau di beri dot kenapa sekarang malah mundur lagi, melihat si kecil bahkan tiada lagi rasa iba ku. Jujur ku akui malam itu aku sangat kalut, untuk kesekian kalinya aku memaksa anakku dengan memasukkan dot itu ke mulutnya tapi dia malah makin menangis sekencang-kencangnya hingga akhirnya aku mencampakkan botol itu dengan kesal tanpa melanjurkan menyusuinya. Melihatku yang sudah berlinangan airmata suami pun berinisiatif untuk menggendong Zaysha keluar kamar dan menenangkan dengan caranya sendiri. Air mataku tak terbendung, aku menangis sesenggukan layaknya seorang bocah.
“Sudah ku bilang jangan berekspektasi, kau lihat sendiri kan… Kau dan bayi mu belum siap!”
Begitulah yang mungkin ada di pikiran ku saat itu. Berbagai macam pikiran menyelimuti benakku. Rasanya malam itu adalah puncak dari emosi yang tertahan selama beberapa minggu ini akibat rasa sakit yang terus kualami saat menyusui langsung, disertai fisik yang sudah lelah akibat sering kurang tidur. Tak bisa kupingkiri aku memiliki sifat buruk yang terlalu kecewa saat ambisi ku tidak terpenuhi. Namun manusia hanya berencana, Tuhan lah yang pada akhirnya menentukan.
Sayup-sayup ku mendengar tangisan si kecil yang mulai reda dan berganti dengan keheningan, sang suami berhasil menidurkannya dalam waktu sekitar 30 menit. Aku yang mendekam di kamar masih sesekali sesenggukan walau air mata tidak sederas awalnya. Tanpa kusadari tak berapa lama kemudian aku tenggelam dalam lelap.
***
Esok paginya aku terbangun sekitar jam 8.30 pagi dengan mata sembap, berjalan pelan keluar kamar untuk mengambil air minum. Di ruang tengah yang ku lewati, ada Zaysha dan sang suami yang sedang sarapan Bersama, kelihatannya ia juga sudah dimandikan ayahnya. Melihatku yang melengos saja suami pun menyeletuk,”baikan dulu gih, kalian…”, seakan kami dua orang sahabat yang tengah bertengkar. Awalnya aku memang sedikit merasa awkward dengan bayi ku sendiri. Bayangkan saja, makhluk kecil yang selama ini aku sayang-sayang dan jaga semalam baru saja menghadapi ibunya yang sedang mental breakdown. Aku tak tahu apa yang dipikirkannya melihat diriku yang seperti ini. I felt useless and shameful. Namun, malaikat kecil itu terseyum menatapku melelehkan kedinginan hatiku. Ku peluk ia erat dan kecup keningnya. “Maafin mama ya sayang…”
END of Part 1
~berasa nulis cerpen ya awak, ini adalah cuplikan salah satu momen yang ga bakalan ku lupakan dalam proses menyapih ini. Cukup tragis menurutku dan sedih bila dikenang kembali. Namun tiada pelangi bila sebelumnya tak hujan, begitu pula dengan kisah kami. Setelah kejadian ini cerita yang bergulir semakin cerah dan menunjukkan kemajuan. Please jump up to the part 2 for the next stories!!~

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

(Beating) Negative Thoughts

Ku kira, telah berhasil ku lewati fase yang paling sulit dari pengobatan penyakitku, yakni operasi. Ku kira, setelah ini aku sudah mulai bis...