Kamis, 15 Mei 2014

A Little Gourmet Report from Medan City

Seddhaap..
Judulnya ngeri gak tuh?
Gourmet report, mendadak berasa jadi Pak Bondan yang spesialis bawa acara wisata kuliner terkenal itu. Gak kok gais, report yang bakal ane tulis bukan sesuatu yang selevel itu. Cuma cuplikan ke-hebringan 3 anak muda pas-pasan yang mencoba 'gaul' dengan menjelajahi spot-spot kuliner favorit di kota yang pernah dijuluki 'Paris van Sumatera' ini. Are you ready? Yuuk...

Eeeeitts *nge-rem*, sebelumnya cerita dulu ide wisata kuliner ini dicetuskan oleh adik sepupu ku, Opi, yang baru dibebaskan dari anjuran dokter untuk gak makan macem-macem setelah menjalankan operasi bedah mulutnya. Ia juga lagi menikmati waktu libur setelah berjuang keras pada UAN tingkat SMA beberapa waktu yang lalu. Walau aku bukan tipe orang yang gila makan dan hobi jalan-jalan, aku terima challenge ini sambil membawa serta adik tercinta, Eci marici, sebagai penunjuk jalan bagi kami yang yang anak Aceh ini (cie Dizi, udah jadi anak Aceh, ciecie..)

Dengan berbagai informasi yang kami dapatkan berbagai blog khusus kuliner Medan, terkumpul-lah berbagai daftar tempat yang menarik perhatian kami dari mulai kelas kaki lima hingga kelas atas. Berbekal uang dari orangtua (nasip belum gawe), kami mulai petualangan yang bisa disebut 'Hungry Trip' ini. Eits, gak usah deg-degan gitu bacanya ah, selow aja.. Kwekwek~


#1 New York Cafe

photo credit to: makanmana.net

Sampai kami di daerah Medan Club yang tempat lumayan bikin kami nanya-nanya ama tukang becak yang lagi mangkal ini. Celingak-celinguk, banyak mobil mewah yang parkir di situ dan sepertinya motor yang terpakir di samping motor kami hanya milik karyawan. Kocak. Meskipun begitu kami tetap pede melangkah menuju kafe yang berada di dalam kawasan lapangan tenis itu. Beneran deh, gak bakal kelihatan dari jalan ini kafe karena letaknya lumayan di belakang.
Kami duduk di bangku outdoor di halaman luas berumput hijau di bawah rindangnya pohon. Ini best seat menurutku. Dan ternyata bener, pengunjung selain kami rata-rata berpenampilan mentereng. Gak kayak kami yang hanya berencana memesan satu hidangan saja, mereka mesen full. Tapi untungnya gak ada larangan mesen dikit jadilah kami cuma order satu porsi 'New York Burger' yang harganya lebih dari 40rb itu dengan segelas 'Thai Tea' (which considerably cheap n' worth it compared to other drinks). Mbak pelayannya pasti sadar kami hanya anak-anak yang sedang dalam masa perkembangan menuju dewasa dan rasa ingintahunya besar sehingga nekat datang kemari cuma mesen itu. Sabar ya mbak.

So, how's the taste? Karena kami bertiga jadinya kami bergiliran menyicipinya satu persatu, jadilah itu piring burger kami buat muter ngikutin arah jam. Orang ngeliatin, so what? So eat. Dan rupanya dibanding burgernya aku lebih suka french fries yang juga dihidangkan di piring yang sama. Mungkin karena gak ada kejunya ya jadi kurang gitu (secara bukan mesen cheese burger cuy). Dari info yang kami dapat dari testimoni seseorang bilang 'best burger in town', hmm lumayan enak lah dan porsinya gede gitu. Mungkin emang ane yang lidahnya gak cocok ama makanan mahal, hahah. Thai Tea nya seger, manisnya pas dan rasanya beda dari teh biasa seperti teh melati dan teh madu. Warna merahnya juga bikin penampilannya menarik. Overall, we had a good lunch here. Setelah menghabiskan makanan dan bayar, kami segera cabut ke tempat selanjutnya.

#Kompleks Mulatuli#

Nah yang ini gak bisa dibilang tempat kedua karena kami tidak menyempatkan mampir ke salah satu kafe dari buanyaknya tempat makan gaul di sini. Kebetulan yang dicari gak ketemu seperti 'lekker urban cafe' dan 'renjirou sushi', jadi kami melesat menuju lokasi selanjutnya. Oia walaupun begitu, ada beberapa tempat yang sempat menangkap mata kami seperti 'belly pot', 'cha tozu', dan 'food-print' dengan tampilan eksterior dan interior kafe yang menarik.

#2 Warung Bakso Amat

 Setelah nanya dan muter-muter akhirnya nemu juga ini tempat populer. Katanya sih gak ada orang asli Medan yang gak kenal warung bakso ini. Dan bener, kami sempet dibuat ngantri karena pengunjung penuh. Abang pelayannya sempet bingung pas kami minta menu karena rupanya gak banyak pilihan makanan di sini yaitu cuma Bakso, Mie Ayam, dan Sop Buntut. Karena yang terkenal baksonya kami pesan seporsi bakso-mi dengan 3 gelas teh botol so*ro. Siap-siap untuk kemungkinan kepedesan. Di meja juga terhidang bakso goreng juga sate kerang. Setelah menahan diri akhirnya kami ambil juga itu buat dimakan bareng ama bakminya. Dan tiba waktunya nyicip, sebelumnya kami gak pake saos dkk supaya bisa merasakan rasa asli kuahnya. Bener, enak kuahnya. Gak pake sambel aja bisa lanjut ane gak kayak kuah bakso biasa yang perlu tambahan ini itu lagi. Baksonya juga gede-gede dan lembut. Saran, sambel rawit yang tersedia disini pedes bener, hati-hati nambahinnya kalo gak mau sakit perut memaksa anda untuk pulang. Hoho

#3 Mie Pangsit Tionghoa Muslim (MTM)


the 'real' pangsit (photo not mine)

Nah warung ini rupanya hanya terpisah satu warung dari bakso amat. Kebetulan banget gak tuh? Jadi gak capek ngiterin jalan pake motor lagi. Tinggal jalan dikit nyampe, belum sempat itu bakso tercerna sempurna kami kembali pesan menu andalan, the one and only, mie pangsit. Sudah hampir 4 tahun lamanya aku tidak menikmati pangsit sejati yang terbuat dari daging yang dibalut oleh kulit yang terbuat dari tepung terigu kemudian direbus atau digoreng sesuai keinginan. You know what, di Lhokseumawe ama di Medan ini yang disebut pangsit itu keripik yang kalo di Jakarta dijadiin temen makan mie ayam. Please guys, open your eyes and start making the real pangsit already! Lebay. Hidangan datang dengan efek cahaya terpencar dari ibu penjual, tapi kemudian cahaya itu redup ketika mangkuk mendarat di meja dan terlihat beberapa lembar benda tipis yang sudah tidak asing lagi. "Ibuuuuk, ini just another keripik buk, bukan pangsit~!" batinku bergejolak. Kecewa, mau nangis rasanya. Ternyata warung mie pangsit terkenal ini rupanya menyajikan hal yang sama. Namun tepung sudah menjadi mie, dan kalau gak segera dimakan nanti lembek. Jadilah kami tetap memakan sambil mengurut dada, perih.

photo credit to: makanhalalmedan.com

Dan WOW! Dari dua tempat tadi di sinilah kami malah keliatan paling lahap menyantap sajian. Walaupun yang dicari gak ada tapi ternyata kami puas dengan rasa yang dihidangkan. Kuahnya gurih, porsi mienya dan ayam cincangnya banyak, telur rebus kecap yang turut dimasupin juga membuat keseluruhan hidangan terasa pas. Si Eci ampe belepotan makannya. Dan ane inget momen lucu waktu ngasih tisu buat ngelap mulutnya, eh dia malah pake tisu itu buat ngelap meja yang kena ceceran kuah. Kekekek, eci.. ci.. Adik langka ituh.
Dan tidak jauh berbeda dengan warung bakso tadi, semangkok di sini dihargai 17 ribu. Mayan mahal juga buat sering-sering makan di mari.

#Mushola#

Weits, di sini bukan buat nyari makanan tapi buat sholat Ashar sambil mensyukuri nikmat-Nya yang masih memberi kami rezeki untuk menikmati makanan nikmat tadi. Alhamdulillah..

#4 Martabak Sabass

Kalo tadi udah wisata ke negera paman Sam terus balik ke tanah air abis itu lanjut ke Negeri Tioghoa sekarang kami mampir ke kampungnya Sharukh Khan. Yep, Kampung Keling or Kampung Madras yang mayoritas penduduknya keturunan maupun asli India itu. Tempat masaknya tepat di tempat masuk sehingga semilir aroma telur yang sedang dimasak menggoda tiap mereka yang lewat. Karna lagi mati lampu kami putuskan untuk membungkus pesanan dan lanjut jalan. Oia, ini tempat katanya udah berdiri puluhan tahun dan cukup terkenal lhoh, tapi harganya nyantai bro, martabak telurnya sebungkus cuma 10rb dan porsinya mayan banyak.

#5 Raden's Crispy Steak

Gak nyampe 10 menit udah nyampe kami di kawasan ruko yang lagi-lagi gak bakal kelihatan kalo cuma ngiterin jalan besar Medan ini. Berdekatan dengan resto ini ada Hakata Ikkousha yang mana kami dapat juga infonya tapi tidak ke sana dikarenakan mereka menyediakan 'pork' dalam daftar hidangannya. Tenang, ada waktunya makan ala orang Jepang yang mana itu setelah ini, hihi. RCS ini kalo dari namanya kita dibuat ngebayangin rumah steak dengan interior khas Jawa yang lekat, namun rupanya salah besar. Resto yang terdiri dari 2 lantai ini sama sekali membuat kami mendadak 'excited' karena interiornya yang menarik.
Kami putuskan untuk makan di lantai 2 yang mana berupa 'smoking room' namun lebih luas dan menjajakan pemandangan luar resto melalui jendela kaca besar. Di dindingnya tertempel panel besar yang terlihat seperti papan tulis hitam dengan coretan berbagai macam rumus matematika dan fisika. Bangku yang digunakan kebanyakan berupa bangku SD yang dicat menjadi hitam begitu pula mejanya. Bener bikin ngerasa 'back to school'. Dan daun-daun jendela yang tergantung pada langit-langit... Udah deh dateng aja ke sana biar tau gimana serunya. Dan yang lebih bikin 'excited' adalah harga yang terpampang pada menunya. Harga mahasiswa! Itulah kenapa rata-rata pengunjungnya sekumpulan anak muda umur 20tahunan walopun tidak sedikit juga yang datang sekeluarga.
Di sini, gagal prinsip kami untuk pesan satu macam makanan aja di tiap tempat, kami mesen 'mie kangkung terasi' yang katanya andalan di sini dan 'steak ayam crispy lada hitam' yang eci request. Minumannya pun masing-masing dari kami mesen. Opi pesen 'The Hulk', aku 'Cheemint' dan Eci teh manis dingin <=sadar diri udah mesen steak XD. 

photo credit to: makanmana.net

Mienya enak, terasinya pas, kangkungnya gurih. Tapi emang dasarnya ini lambung udah keisi macem-macem jadi gak bisa terlalu nikmatin. Next time ke sini pas perut kosong pasti bakalan mantep. Steaknya Eci juga enak, tapi potongan sayuran seperti wortel dan kacang panjangnya terlalu sedikit, saos lada hitamnya juga enak namun itu tadi kurang banyak, hehe. Dan yang perlu di komen itu minumannya. Selain namanya yang seru, rasanya juga seru. The Hulk yang berupa jus apel hijau itu terasa baru di lidahku, manis, seger. Dan Cheemint yang namanya 'unyu' ini juga unik, campuran lychee yang manis namun disertai sensasi pedasnya mint. Kalo orang jepang bilang ini minuman 'oshare', alias 'stylist' banget. Karyawannya juga ramah semua. Bahagia cabut dari sini.

#6 Drs Sushi

Sebahagianya kenyang dari Raden, lebih bahagia lagi saat masuk ke dalam kawasan resto yang satu ini. Berbekal kata 'halal' dari karyawan resto, kami putuskan untuk lanjut. Eits, kami sempatkan sholat maghrib di mushola yang tersedia di belakang resto. Di sana kami berjama'ah dengan Eci sebagai imamnya. So sweet gak tuh? Biasa aja ya.
Seusai sholat dan berdoa, kami siapkan mental sebelum masuk menuju tempat impian ini. Ya, bagiku merupakan mimpi untuk makan sushi di resto Jepang asli karena selama ini gak ada yang mau nemenin ke sana. So sad gak tuh? So sad ya. *puk puk myself*
Berharap bisa ngerasain makan di depan sushi yang menari indah di atas bar yang berjalan memutar teryata gak kesampean karena lagi mati lampu. Restonya punya genset tapi gak sanggup untuk menghidupkan mesin conveyor-belt nya, tapi kami tetap putuskan untuk duduk di barnya. Biar berasa kaiten-sushi nya gituh.
Buku menunya gede banget, lebih gede dari Rapor SMA ku yang udah kayak album foto itu. Dan bener, mata ku berbinar-binar ngelihat nama dan foto hidangan di menu. Rasanya mau pesen semuaaah~! Untungnya ada malaikat-malaikat kecil bernama Opi dan Eci yang mengingatkan ku untuk fokus pada tujuan, yaitu nyobain sushi. For starter aku nyoba mesen yang paling simpel yaitu 'otoro' atau salmon sushi, sedangkan opi mesen yang udah pernah ke sana sebelumnya mesen 'salmon mentai sushi', dan eci mesen 'kani roll sushi'. Minumannya opi pesan jelly-green ice tea dan eci pesan 'longan tea'. Aku, pesan yang paling esensial aja, ocha alias greentea, yang dingin ye biar seger. Karna kesempatan ini langka aku juga mesen gyoza yang udah lama bikin penasaran ama rasanya. Jadi inget muka oh-chan yang lahap banget makan gyoza di salah satu ep VIP Limousine HNA. Yang ini gak boleh kelewatan.


Pesanan datang, kami makan. That was a really first time for me to eat raw food like sushi. Dan rupanya gak seburuk yang ku kira. Berhubung aku lebih suka fried foods, khawatir bakalan eneg tapi rupanya aman-aman aja, zenzen heeki! Masing-masing dari sushi kami terasa yummy bagiku walopun menurut opi 'otoro' ku bikin dia eneg karena cuma punyaku yang gak pake apa-apa sedangkan punyanya dan punya eci dagingnya dibakar dan ditambah pernak-pernik lain seperti mayonaise. Gyozanya juga enak, ya walopun jujur terasa belum cocok dengan lidah pribumi ini. Nah, yang gak terlupakan itu waktu kami iseng nyobain wasabi yang katanya puedes banget itu. Wasabi ini nih yang sering dijadiin 'batsu game' di variety show TV Jepang buat nghukum mereka yang kalah dalam suatu game. Abis itu ekspresi mereka langsung lebay sambil roaring gitu, beneran penasaran. Dateng si Dizi gak tanggung-tanggung nyobain langsung sesendok teh terus diselipin di balik salmon, dicelupin di soyuu, kemudian dilahap, happ.... => !@#O$@t%&^* => unexplainable after-reaction \(*>O<)/
Tobat gua, pedes nggak tapi kayak makan zat kimia yang rasanya pahit tapi nusuk lidah gitu. Gak lagi dah, itu pickled ginger juga bikin senam muka banget, aseeemm! Emang belum cocok dapet suami koki dari jepang nih, heheheh hoek. 



Minumannya juga seger, udah gak sanggup ngejelasin lagi, pokoknya dateg sendiri dan rasakan lah. Oia di sini mau nambah ocha berapa  kali juga gratis, jadinya kami ganti-gantian minta tambahan ocha pada pelayan yang berbeda (biar gak ada yang nyadar kami nyerbu gratisan, hohoh). Karena udah malam seusai kenyang dengan sushi dan bergelas-gelas ocha, kami berencana pulang. Namun yang membuat malam itu tidak terlupakan selain makanannya juga pengalaman 'wonderful' yang kami dapat sebagai special service dari Drs Sushi nya. I got a chance to experience interviewing the master chef there, Hiroshi-san! Kami bahkan diperbolehkan untuk masuk ke dalam dapur dan berfoto bersama para chef lain yang semuanya orang Indo. Kami, pelanggan biasa, ujug-ujug dateng terus ngobrol pake nihongo ama master chef nya dengan alasan mau buat report, langsung di service bak tamu kehormatan. Salut ama pelayanan resto ini. Selain bahagia karna kenyang kami bahagia karena keramahan orang-orang di sana. Begini mah harus datang lagih! Kalau mau curhat tentang keseruan ngobrol dengan Hiroshi-san malam itu bisa panjang, jadinya nanti akan ku sambung di postingan lain. Pokonya, sugoku kimochi yokatta desu!

#7 Martabak Terang Bulan

Panjangnya cerita di Drs Sushi tadi bukan berupa tempat terakhir kami karena kami harus membawa pulang oleh-oleh hasil petualangan kami. Dua kotakyang masing-masing berisi martabak coklat dan martabak manis yang amat terkenal di Medan ini berhasil kami bawa pulang dengan selamat.

Dan akhirnya sampai di penghujung hari. Rasa syukur yang amat besar pada-Nya yang memberi kesempatan dan rezeki pada kami sehingga bisa melancarkan misi wisata kuliner abal-abal ini. Masih bisa bilang abal-abal? Bagiku itu merupakan pengalaman yang tak terlupakan. Alhamdulillaahirabbil'alamiin. Semoga teman-teman sekalian juga diberi kesempatan untuk menjelajahi kota yang memang terkenal dengan keberagaman kulinernya ini.
Kini saatnya kembali ke kehidupan normal mahasiswa pas-pasan lagi. Ane harus super hemat sebagai ganti sudah menghabiskan banyak uang dalam sehari kemarin. Hehehe, ganbaru zo! Lain kali aku akan membawa sekeluarga ku pada wisata kuliner sebenarnya dengan uangku sendiri, aamiin /(^^)\

So, Will you be the next explorer? :)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

(Beating) Negative Thoughts

Ku kira, telah berhasil ku lewati fase yang paling sulit dari pengobatan penyakitku, yakni operasi. Ku kira, setelah ini aku sudah mulai bis...